Info Sehat

Penjelasan Lengkap soal Cacar Monyet : dari Pengertian, Penularan, Gejala, hingga Pengobatan

BEBERAPA hari belakangan, ramai diperbincangkan soal penyakit cacar monyet atau monkeypox. Penyakit ini heboh setelah muncul kabar bahwa di Singapura ada seorang warga Nigeria yang positif terkena penyakit tersebut. Mengutip Kompas.com, warga negara Nigeria yang terkena cacar monyet ini diketahui berusia 38 tahun dan baru tiba di Singapura pada 28 April 2019 lalu. WN Nigeria itu disebut terbukti positif mengidap cacar monyet pada 8 Mei 2019.

Pemerintah pun meminta masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap penyebaran virus cacar monyet. Kementerian Kesehatan bahkan memperketat penjagaan bagi WN asing yang ingin masuk ke Indonesia dengan memperkuat pemantauan, contohnya dengan pemasangan alat pendeteksi suhu hingga pemeriksaan kesehatan di bandara. Lalu apakah sebenarnya cacar monyet itu? Bagaimana gejala dan cara mengobatinya?

Pengertian Cacar Monyet atau Monkeypox

Dikutip dari laman resmi WHO, cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus, dan ditularkan pada manusia melalui hewan. Virus monkeypox sebagian besar ditularkan kepada orangorang dari berbagai binatang liar seperti tikus dan primata, tetapi memiliki penyebaran sekunder terbatas melalui penularan dari manusia ke manusia.

Virus monkeypox pertama kali menyerang manusia diidentifikasi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (sebelumnya dikenal sebagai Zaire) pada seorang bocah laki-laki berusia 9 tahun di sebuah daerah di mana cacar telah dihilangkan pada tahun 1968.

Sejak saat itu, sejumlah kasus terus terjadi di daerah-daerah pedesaan yang tersebar di Afrika, di mana Republik Demokratik Kongo menjadi lokasi terparah penyebaran penyakit tersebut. Sejak 1970, kasus monkeypox pada manusia telah dilaporkan dari 10 negara Afrika, meliputi Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.

Laporan pertama adanya kasus Monkeypox di luar Afrika, terjadi di Amerika Serikat pada 2003. Pada tahun 2017 Nigeria mengalami wabah terbesar yang terdokumentasi, sekitar 40 tahun sejak negara tersebut mengkonfirmasi kasus monkeypox terakhir. Sementara, pada tahun lalu terdapat tiga kasus monkeypox yang dua diantaranya di Inggris dan satu kasus di Israel.

Penularan

Infeksi pada kasus cacar monyet ini terjadi akibat kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa pada hewan yang terinfeksi. Di Afrika, infeksi tersebut didokumentasikan terjadi melalui kontak dengan kera yang terinfeksi, tikus dan tupai raksasa Gambia. Selain itu, makan daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak dengan sempurna juga menjadi faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena virus.

Penularan sekunder, atau dari manusia ke manusia, dapat terjadi akibat adanya kontak langsung dengan lendir dari saluran pernapasan orang yang terinfeksi, lesi kulit orang yang terinfeksi atau benda yang baru-baru ini terkontaminasi oleh cairan yang keluar dari tubuh pasien atau dari lesi. Penularan terjadi terutama melalui tetesan partikel pernapasan yang biasanya membutuhkan kontak tatap muka yang berkepanjangan, hal ini menjadikan anggota rumah tangga dari orang yang terinfeksi berisiko infeksi yang lebih besar. Penularan juga dapat terjadi dengan inokulasi atau melalui plasenta (monkeypox bawaan).

Namun hingga saat ini, masih belum ada bukti bahwa penularan dari orang ke orang saja dapat mempertahankan infeksi monkeypox pada populasi manusia.

Gejala Monkeypox

MASA inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) dari cacar monyet biasanya dari 6 hingga 16 hari, tetapi dapat juga berkisar dari 5 hingga 21 hari. Infeksi dapat dibagi menjadi dua periode: periode invasi (0- 5 hari) ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia yang intens (kekurangan energi); periode erupsi kulit (dalam 1-3 hari setelah munculnya demam) di mana berbagai tahap ruam muncul sering dimulai pada wajah dan kemudian menyebar di tempat lain di tubuh. Wajah (dalam 95% kasus), dan telapak tangan dan telapak kaki (dalam 75% kasus) paling terpengaruh. Evolusi ruam dari maculopapules (lesi dengan basis datar) ke vesikel (lepuh berisi cairan kecil), pustula, diikuti oleh kerak terjadi dalam waktu sekitar 10 hari. Mungkin perlu waktu tiga minggu sebelum semua itu lenyap dari kulit.

Jumlah lesi bervariasi dari beberapa hingga beberapa ribu, mempengaruhi membran mukosa mulut (pada 70% kasus), genitalia (30%), dan konjungtiva (kelopak mata) (20%), serta kornea (bola mata). Beberapa pasien mengalami limfadenopati parah (pembengkakan kelenjar getah bening) sebelum munculnya ruam, yang merupakan ciri khas dari cacar monyet dibandingkan dengan penyakit serupa lainnya.

Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 14 hingga 21 hari. Kasus yang parah terjadi lebih sering pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi.

Untuk kasus kematian terjadi bervariasi, tetapi berdasarkan yang dilaporkan, terdapat kurang dari 10% dari kasus yang sebagian besar dialami anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox.

Pengobatan dan Vaksin

Tidak ada perawatan khusus atau vaksin yang tersedia untuk infeksi cacar monyet. Meski demikian, wabah cacar monyet ini masih dapat dikendalikan. Vaksinasi terhadap cacar telah terbukti 85 persen efektif dalam mencegah cacar monyet di masa lalu.

Pencegahan tertular cacar monyet yang bisa dilakukan : Menghindari kontak dengan tikus dan primata terinfeksi, serta membatasi paparan langsung terhadap darah dan daging yang tidak dimasak dengan baik. Membatasi kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi harus dihindari. Memakai sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya yang sesuai saat menangani hewan yang terinfeksi atau merawat orang sakit. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *